Posted in Dunia Mayalia

Setelah beberapa waktu…

Setelah sekian lama, teringat punya halaman di sini. 2013 ke 2019 akhir. 6 tahun lebih, pasti banyak yang terjadi. Tapi aku tetap aku. Tetap Maya, Lia ataupun Mayalia.

Sempat terpikir untuk mengubah banyak hal di blog ini, seperti nama blog, gaya sapaan dan nama-nama halaman. Tapi akhirnya diputuskan hanya mengubah beberapa hal yang sepertinya alay banget wkwkwk… Misal nih ya, dulu kategorinya ada Dunia Qu [Qu!!], Dunia Garing, Dunia Seriuz [zz!], dan Dunia Piring serta Dunia Pengembara. Yang tiga awal akhirnya diganti biar ga terlalu alay, dinormalin lagi ajalah jadi Dunia Mayalia, Dunia Crunchy [belum ada pengganti yang lebih baik nih], dan Dunia Serius..ga pakai “z”.

Dulu, di blog ini, kata sapaan yang digunakan untuk pembaca adalah “Dunnies atau Dunny” tapi mohon maklum kalau sekarang sapaannya ya biasa ajaa…ga pakai dibahasa-bahasain. [Dulu kenapa juga begitu yaa..]

Halaman atas yang biasanya “about me” di sini disebut panduan dunnies juga diganti yang standar aja, meskipun isinya sepertinya akan dipertahankan tetap seperti aslinya. Agar blog ini tidak kehilangan jejak sejarahnya.

Sempet juga berpikir untuk membuat blog baru, tapi nggak jadi. Setelah blog ini dibaca-baca lagi, memang banyak evolusi hidup yang tak ternilai harganya. Mengecapkan suatu perjalanan sejarah kehidupan, menarik benang merah bahwa meskipun banyak hal berubah, tapi Maya tetaplah Maya. Meskipun sekarang seringnya jadi Mayalia. Hehehe…

Seperti pun awalnya, tidak akan ada pakem tertentu untuk menulis di sini. Dari yang serius sampai crunchy, dari cerita diri sendiri sampai mengisahkan kisah hidup lain dalam pandangan mata, semua akan tercetak di sini. Bahwasanya semua memiliki manfaat dan pelajaran.

Kenapa kembali lagi setelah lama hilang?

Karena ada yang hilang. Somehow menulis itu menjadi sarana kontemplasi jiwa. Menulis apa yang ingin kita sampaikan. Yang kalau disampaikan secara langsung, diomongin ke orang belum tentu lebih bermanfaat. Ya misal, pengen cerita sesuatu sama orang lain, eh belum tentu orang tersebut baru senggang dengerin cerita kita. Setelah dengerin, belum tentu juga cerita kita serta merta memberi manfaat baginya.

Berbeda dengan menulis, tertuang. Ku yakin ada yang akan membaca, setidaknya satu orang, yaitu diriku sendiri lagi [wkwkwk]. Jadi kuyakini, menulis inilah yang hilang selama aku berhenti nge-blog.

So here I am. Being here again.

Dan hari ini adalah Kamis, 7 November 2019. Di siang hari ditemani oleh lavender dan lemon, di tengah “panas” yang masih butuh semangat.

Welcome back to you too!

Posted in Dunia Mayalia

Ketika menjadi Kita

Semula berawal dari keasingan
Lalu kita bertemu atas nama keharusan
Detik pertama, kuingat kawan
Meski kujalani sebagai tantangan
Namun mungkin terselip pula sebuah keengganan
Suatu dunia baru
Kawan baru
Jalinan baru
Kita mulainya tanpa prasangka
Tanpa angkara
Ketika satu kata kemudian menjadi satu kalimat
Ketika satu kawan menjadi satu keluarga
Kita menjadi lupa, kapan keterasingan itu menjadi sebuah kedekatan
Kita lupa, kapan ‘aku’, ‘kamu’, dan ‘dia’ menjadi ‘kita’
Disini, kawan…
Kita telah mengalami hal-hal yang lucu
dan kita tertawa bersama
Kita pun tlah mengalami hal-hal yang mematahkan asa
dan kita tetap berjuang bersama
Kesedihan, kebahagiaan, kekecewaan dan keindahan
tanpa sadar bersama kita tlah berbagi
Semua itu, kawan…
tlah terekam dalam memori kita
suatu saat ia pun menjadi sebuah kenangan
yang tak terelakkan akhirnya akan lekang oleh waktu
Namun, kawan…
meskipun memori ini tak mampu lagi menguntai kejadian indah diantara kita
namun memori ini tak pernah melupakan suatu ‘rasa’
hati tak pernah lupa apa yang ia rasakan
hati kan selalu ingat…
antara aku, kau, dia dan kita semua
bahwa kita disini…
pernah, dan selamanya,
menjadi sebuah keluarga kecil
hati kan selalu ingat persahabatan kita…
hati kan selalu ingat,
bahwa kita pernah berjuang bersama.
Posted in Dunia Mayalia

Will you be there?

I…
I wonder…
Will you be there when I need you?
You said, you’ll be waiting for me there,
You said that you’ll always be there.
Now that i need you
But, where are you?
My eyes are blinded by the mist
My heart is lost
I can’t see you.
If…
If you, as you promised, were there…
Please reach my hand
Hug me closer to you
In this journey,
Save me.
I…
I miss you like crazy
Posted in Dunia Mayalia

Diam…

Aku terdiam…
Itu, awan di atas berjalan sangat cepat
Sedang aku terpaku sendirian.

Aku sunyi…
Disini, hiruk pikuk tak berbentuk
Sedang aku hening sendiri.

Kadang, ada waktu aku merasa tak berpijak
bukan karena aku tak berkaki
tapi karena kaki ini telah kebas
terasa hilang, terasa tak pernah termiliki.

Telinga ini, seringkali memilih untuk tak mendengar
Seperti halnya, lidah membekukan sendiri
Mata ini, sangat terang mengawasi
tapi semua hanyalah bentuk tak bermakna.

terbisukan
tertulikan
terbutakan
oleh diriku yang membentengi hidup.

Posted in Dunia Berpikir

Memilih Obat Flu dengan Mengenali Kandungan Obat

Flu merupakan penyakit yang mungkin paling mudah dan sering menyambangi dalam kehidupan kita sehari-hari. Saking mudahnya, seringkali kita malah untuk pergi ke dokter hanya sekedar minta resep obat flu. Di samping itu, obat flu banyak beredar bebas dan sangat mudah didapat, ditambah lagi iklan bertebaran yang membuat kita tidak sulit untuk mencari informasi mengenai obat flu.

Sayangnya, banyaknya informasi dan iklan obat flu tidak diikuti dengan sikap kritis untuk mengenali kandungan obat di dalamnya agar sesuai dengan kebutuhan kita. Walaupun bukan seorang ahli farmasi, namun memahami kandungan obat dan khasiatnya dapat sangat berguna.

Sekedar mengumpulkan informasi yang sudah banyak beredar di internet, ditambah pengalaman pribadi atas beberapa merk obat tertentu (tanpa bermaksud iklan), semoga ulasan dasar berikut dapat memberikan wawasan dan sedikit membantu untuk ‘membaca’ kandungan obat.

  1. Parasetamol atau acetaminophen sebagai bahan aktif parasetamol, seperti yang banyak diketahui, parasetamol memiliki khasiat untuk menurunkan demam (antipiretik) dan meredakan nyeri (analgesik). Karena biasanya ketika kita menderita flu, demam pun ikut menghampiri dan badan atau kepala rasanya nyeri akibat demam tersebut. Yang harus diperhatikan adalah anjuran minum obat 3x sehari maka lebih baik parasetamol diminum setiap 7-8 jam sekali. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan kelebihan dosis dalam tubuh. Selain itu, harus pula diperhatikan kandungan total parasetamol dalam beberapa obat yang diminum sekaligus. Biasanya setiap obat flu terdapat kandungan parasetamol 250-500 mg, sehingga kita tidak perlu meminum obat demam secara khusus yang hanya mengandung parasetamol lagi. Perlu diingat bahwa dosis maksimal parasetamol yang direkomendasikan dokter adalah 8 tablet 500 mg dalam 24 jam, atau maksimal 1 tablet 500mg setiap 4 jam. Kelebihan beberapa mg saja dalam sehari bisa fatal karena dapat menyebabkan kerusakan liver dan penumpukan cairan di otak.
  2. Fenilpropanolamin (PPA) memiliki efek untuk melonggarkan hidupng tersumbat dengan cara menciutkan pembuluh darah di sekitar mukosa hidung, atausering disebut sebagai khasiat dekongestan hidung. Namun, selain itu, PPA juga memiliki efek lain, yaitu menekan nafsu makan, makanya PPA ini sering juga dipakai sebagai obat pelangsing (75-150 mg). Hasil studi di Yale University diketahui bahwa penggunaan PPA dapat memicu stroke perdarahan. Badan POM Indonesia kemudian mengeluarkan anjuran agar tidak mengkonsumsi PPA lebih dari 300-350 mg sehari dan meminta agar produsen obat mengurangi dosis PPA dalam obat flu hingga menjadi 15 mg, dimana dosis ini dianggap masih relatif aman. Meskipun dibilang masih aman, namun bagi yang sudah memiliki riwayat hipertensi memang sebaiknya waspada menggunakan obat flu yang mengandung PPA. Saat ini, lebih banyak obat flu yang mengganti kandungan PPA menjadi pseudoefedrin yang memiliki khasiat relatif sama namun relatif kurang menyebabkan efek peningkatan tekanan darah.
  3. Pseudoefedrin, memiliki khasiat yang sama dengan PPA, yaitu dekongestan hidung dan melegakan saluran pernapasan. Meskipun memiliki resiko bagi penderita hipertensi namun jenis zat ini relatif lebih aman daripada PPA. Obat-obatan yang mengandung ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler).
  4. Klorfeniramin Maleat, memiliki khasiat sebagai anti alergi dan dapat menimbulkan rasa kantuk, meskipun kandungannya hanya 1-2 mg dalam tabletnya. Kandungan ini efektif untuk mengatasi pilek karena alergi. Apabila obat flu anda mengandung zat ini, maka sangat tidak direkomendasikan untuk menjalankan kendaraan atau mengoperasikan alat.
  5. Salisilamida, merupakan turunan salisilat, memiliki efek analgesik yang hampir sama dengan parasetamol. Namun karena sifatnya sedikit asam, sehingga dapat mengiritasi lambung. Hati-hati bagi penderita maag atau gangguan lambung kalau ingin mengkonsumsi obat ini.
  6. Codein, Dekstrometorfan, berkhasiat sebagai obat batuk untuk jenis batuk kering (antitusif) karena bekerja dengan cara menghambat langsung pusat batuk di otak.
  7. Gliserilguaiakolat, Guaifenesin, berkhasiat sebagai obat batuk untuk jenis batuk berdahak karena dapat membantu mengeluarkan dahak. Perlu diingat untuk banyak minum air putih apabila mengkonsumsi obat ini.
  8. Loratadine, mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata. Loratadine adalah antihistamine yang mengurangi efek alami terjadinya histamine di dalam tubuh. Histamine dapat menyebabkan gejala bersin, hidung basah, gatal dan mata berair. Selain itu, Loratadine juga digunakan untuk mengobati alergi, seperti bersin, mata berair, dan hidung basah. Obat ini juga digunakan untuk mengobati bintik merah yang gatal dan rasa gatal kulit pada mereka dengan reaksi kulit kronis.

Baiklah, sekarang setelah mempelajari kandungan obat tersebut di atas, saya mau uji pemahaman saya dengan beberapa merk obat yang sering saya pakai ketika flu. PLEASE NOTE, ini hanya pengalaman pribadi dari beberapa resep dokter yang manjur untuk saya karena saya bukan dokter hehehe…

Yang pertama, neozep forte, yang mengandung PPA 15mg, Klorfeniramin Maleat 2 mg, Parasetamol 250 mg, dan salisilamida. Hasil pemahaman saya, neozep ini cocok untuk penderita flu yang disertai pilek, termasuk pilek alergi, dan tentu saja yang disertai demam atau nyeri, termasuk sakit kepala. Namun, sepertinya neozep ini kurang cocok bagi penderita flu yang juga disertai batuk karena tidak ada kandungan obat batuk dalam setiap tabletnya. Hmm…biasanya kalau flu yang pilek-pilek meler dan bersin-bersin, saya cocok dengan obat ini. Hanya saja, saya akan menambah parasetamol kalau memang demam saya cukup tinggi dan tidak turun2.

Kedua, Decolsin Kapsul yang mengandung Parasetamol 400 mg, Pseudoefedrin, Klorfeniramin Maleat 1 mg, Dekstrometorfan dan Guaifenesin. Dari kandungannya, Decolsin ini memang lebih menitikberatkan penyembuhan flu yang disertai batuk. Walaupun dia tetap berkhasiat bagi gejala pilek dan bersin-bersin. Biasanya kalau flu menyerang dan yang saya rasakan lebih pada tenggorokan gatal dan batuk-batuk maka saya akan lebih memilih decolsin daripada neozep.

Ketiga, meskipun saya jarang mengkonsumsi tapi suami saya pernah menderita pilek, sekilas memang seperti flu namun karena berulang dan tidak disertai dengan demam atau batuk, saya menyimpulkan bahwa itu hanya penyakit pilek saja, akhirnya dokter memberikan resep Rhinos yang mengandung pseudoefedrin dan loratadine. Obat ini sesuai bagi penderita pilek alergi atau pilek encer (meler).  Rhinos ini termasuk jenis SR  (Sustained Release)  atau  teknologi lepas lambat  yang dalam bahasa sederhananya punya efek jangka panjang sehingga kita nggak perlu sering-sering minum obat. Masa kerjanya 12 jam, jadi sehari kita hanya perlu minum obat dua kali saja.

Dokter atau ahli farmasi memang tempat terbaik untuk bertanya. Namun, memahami bahasa farmasi dalam rangka memahami kandungan obat sangat dianjurkan. Yang pasti, minumlah obat sesuai kebutuhan dan kenali obat yang anda minum. Karena obat prinsipnya adalah zat kimia yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh. Apabila tidak tepat sasaran atau kelebihan dosis bisa jadi tidak efektif dan malah mengganggu metabolisme serta kekebalan tubuh kita.

Ketika sakit, jadilah pasien yang cerdas!

Posted in Dunia Mayalia

rasa itu tak berbentuk…

Sesendu siang ini aku ditemani oleh beberapa lagu lama yang menggugah jiwa. Biola tak berdawai. Nada-nada ini mengingatkanku dan membawaku kembali ke masa lalu, masa dimana aku pun tak bisa menandainya di kalender. Tak ada waktu “dari dan hingga” yang nyata. Hanya tersimpan di hati terdalam entah dalam bentuk apa. Bahkan saat ini, kumerasa, kata-kata pun tak sanggup menguraikan apa yang tergores sudah. Bagaikan biola tak berdawai, diciptakan untuk bernada, namun tak bernada.

Hatiku..pernah mengingat. Suatu waktu di masa lalu pernah kumerasakan suatu rasa. Ketika itu, benar dan salah masih menjadi percobaan untukku yang baru belajar merasa. Rasa yang hingga saat ini ku selalu berusaha menguraikan, mempelajari gejala dan tanda-tanda, menyesuaikan dengan segala teori yang ada, tak pernah ada yang kata-kata yang tepat mewakili.

Perjalanan hidup memang telah memperbanyak perbendaharaan rasa. Ku pernah menafsirkan rasa tak berbentuk itu menjadi berbagai contoh pola rasa yang ada dan diajarkan. Kasih sayang, cinta, benci, amarah, apatis, rindu, penyesalan, keabadian, tapi semua itu ku merasa tak ada yang sesuai. Jejak langkah yang semakin banyak ternyata tak menjamin ku menemukan definisi rasa itu.

Entah karena ku masih tak tahu apakah rasa itu, atau sebenarnya rasa itu sendiri telah berevolusi, namun dia berubah-ubah dan membuatku terpaku. Spektrum rasa itu memantulkan berbagai macam cahaya yang menyilaukan. Mungkin spektrum inilah yang membuatku buta untuk mengenali rasa ini. Spektrum itu memancarkan berbagai turunan rasa yang tidak asing, namun inti rasa-nya bagiku adalah sebuah keterasingan.

Tulisan ini, bukan untuk menjelaskan pada siapapun mengenai rasa itu. Bagaimana pun aku menjelaskan pasti akan mereduksi esensinya, karena bahkan akalku yang masih satu badan dengan hati dimana rasa itu bermukim tak bisa mengenalinya. Akalku telah lelah mencoba mengertinya. Akalku masih tak mampu mengikuti evolusi spketrum rasa yang terasa menjauh dan sekaligus mendekat tanpa ada pola pasti. Akalku memilih untuk menyerah mengenali rasa itu. Akalku memilih untuk membuang, mengunci, dan mengasingkan rasa itu dalam hati yang terdalam. Suatu lubuk yang tak perlu diketahui siapapun termasuk diri sendiri, yang tak perlu dibuka apabila kemunculannya hanya membuat akal ini mengalami kegilaan sementara.

Namun, seandainya hal itu mudah dilakukan. Seandainya pengasingan itu adalah mungkin. Seandainya saja hati memiliki kunci. Karena yang aku tahu di kemudian hari, hati adalah kebebasan tertinggi, sekaligus terindah yang dimiliki oleh badan. Hati tak pernah mau mengunci apapun yang menjadi bagiannya. Hati tak pernah ingin menyulitkan akal. Hati hanya ingin akal tidak pernah berusaha ‘memikirkan’, ‘mempelajari’, ‘mengerti’ apa yang selamanya tidak akan mampu untuk diterjemahkan. Hati hanya ingin akal bersanding dengan damai dengan apa yang menjadi bagian terdekatnya, rasa.

Rasa itu memang tak berbentuk. Tak ingin dibentuk. Tak ingin membentuk.

sebuah catatan atas penglihatanku pada sebuah cerita hidup yang tak hidup…

Kesendirian
Ketika rasa tak mampu diterjemahkan…

Posted in Dunia Mayalia, Dunia Pengembara

Kisah Negeri Kanguru: Petualangan Mencari Salju

Buat yang masih ingat lagu2 di era Jamal Mirdad, ada lagu judulnya Hati Selembut Salju, yang liriknya :

Aku menanti, Ku menanti kau kembali
Jangan lagi Kecewakan hati ini
Biar seribu tahun memutih rambutku
Hatiku tetap selembut salju

dan berbagai lirik puisi or kata-kata romantis yang memberikan pencitraan diri atas salju. Pencitraan diri yang tertanam dari kecil hingga akhirnya aku bertemu sendiri dengan si salju. Si salju kemudian menceritakan yang sebenar-benarnya padaku, betapa semua itu adalah pembunuhan karakter!

Kata si Salju, mungkin maksud manusia dan segala puisi yang diceritakan itu baik, tapi ketika akhirnya mereka bertemu sendiri dengan si Salju, mereka kecewa dan mengungkapkan ketidakpuasan itu terhadap si Salju. Padahal Salju tidak pernah mengatakan apa-apa tentang apa dan siapa dirinya. dan yang jelas, Salju tidak pernah berbohong.

Halah…ngelantur!

Jadi tujuan tulisan ini hanyalah semata-mata bercerita mengenai pengalamanku bertemu Salju. Di Indonesia, sepertinya tidak ada tempat yang bersalju deh, kecuali mungkin gunung Jayawijaya. Mungkiiiin….

Nah, pada saat aku berkesempatan untuk sekolah di Aussie, aku sempat pula merasakan musim dingin yang terjadi di pertengahan tahun. Tidak tanggung-tanggung, aku mengejar salju di tiga tempat sekaligus, di Snowy Mountain NSW, Melbourne n Hobart. Apakah aku berhasil bertemu Salju??

Sebenarnya niatku bertemu Salju adalah bagian dari rangkaian perjalananku ke Adelaide, Hobart, Melbourne and back to Sydney dan menyempatkan diri ke Snowy Mountain yang terletak di antara Sydney dan Canberra. Kalau ngga salah, perjalanan itu terjadi sekitar bulan Juli 2010, di sela-sela break semesterku.

As u may know, Sydney adalah termasuk kota yang hangat. Ngga ada salju, meskipun seiring dengan fenomena perubahan iklim, suhu di Sydney pun tidak kalah gila dengan kota2 dingin seperti Melbourne or Hobart. Yups! Aku bahkan sempat memanaskan heater ruanganku dengan maksimal dan masih bersembunyi di bawah 3 lapis selimut, belum lagi thermal clothes yang udah kupakai saat itu. Aku memang ngga tahan dingin, that’s why I chose Sydney!

Perjalanan ke kota2 itu semula kurencanakan sendiri, tapi karena temen2 ada yang denger, akhirnya banyak juga yg bergabung dan malah dengan tim yang berbeda-beda di setiap kota. It was fun! Karena aku bisa kenal sama orang yang baru sama sekali dan jadi akrab. Yang akan aku ceritakan di kisah kali ini, hanyalah sekedar petualanganku mencari salju. Kalau memungkinkan, suatu saat akan kuceritakan mengenai petualangan di masing2 kota itu yang semuanya menakjubkan.

First stop-ku di Adelaide, South Australia. Aku hanya semalam di sini. Karena keputusan mendadakku untuk ngambil winter course akhirnya menyebabkan keberangkatanku ke Adelaide bentrok dan harus mundur. Rencana stay di Adelaide selama 3 hari jadi cuma semalam. Aku harus merelakan ini karena kalau enggak, seluruh perjalanan berantaiku ke kota lain juga jadi terganggu. Hehehe… Adelaide itu dingin dan sepi! Perpaduan yang aku nggak suka… Kotanya penuh dengan bangunan tua, klasik kalau orang bilang. Di sini, aku kedinginan dan sampai menempelkan heater halogen ke badan pas tidur. Sayangnya, salju tidak turun di kota Adelaide nya saat itu, mungkin di suburbnya ada yg turun…

Second Stop, going to Hobart, Tasmania. First impression: this city is beautifuuuuuuul and naturally amazing!! Aku stay disini agak lama dan sempet main hingga ke Mt. Wellington yang di Tasmania. Suhu di Hobart dingiiiiiin booow…. Buatku yang biasanya hanya mengalami udara dengan suhu sekitar 15 derajat celcius sehari-hari, tiba2 harus menjalani hidup dengan suhu 5 derajat celcius sehari2!! hihihi…shock dehhhh…. mana persediaan selimut ga banyak lagi….

Did I see snow here??? Yes n No…

Entah karena belum terlalu musim dingin (tapi suhu udah gila) atau emang bukan di Hobartnya salju itu bercokol. Memang sih ada yg bilang kalau di Hobart dulu selalu bersalju, tapi semakin banyak ditinggali manusia, Hobart udah jarang bersalju. TAPIIII kita berkesempatan pergi ke Mt. Wellington. Kata guidenya, kita beruntung karena pas naek kesana ngga ada salju… lho!??! aku kaaan mau liat saljuuuuu…. ternyata menurutnya, kalau sampai di atas bersalju, maka akses menuju ke sana akan ditutup. ooo gituuu… yaahhhh…dilema deh… Dan memang, sampai atas, nggak ada salju 😦 hiksss… hanya ice flakes di aspal2 atau dinding2 tebing. Karena dinginnya udara maka terbentuk ice flakes, tapi belum terlalu dingin sampai bisa membentuk salju.

Mt. Wellington terlihat dari bawah

Gambar pertama itu nunjukkin mt. Wellington pas kita naek mobil menuju ke atas. Terlihat seperti sangat dingin. Brrr….. Gambar selanjutnya itulah setelah kita sampai puncak. Woooww…sooo beautifuuulll… bagaikan negeri di atas awan looo!! Bener-bener cantik….

Di atas awan bersama teman2

Walaupun kita nggak ketemu ama salju, nggak nyesel juga sampai sini. Justru hasil dari perjalanan di Mt. Wellington ini malah menimbulkan pertanyaan baru, yaitu: apakah bisa dikatakan “selembut awan”?? [padahal “selembut salju” saja belum terjawab!] hehehe.. Habisnya lihat awan yang sangat putih itu bikin megang dan sepertinya awan itu memang sangaaaaat lembuuuuuutt…..

Akhirnya kita melanjutkan perjalanan ke Bonorong Wildlife. Disinilah ice flakes nya benar-benar nyata. Di Bonorong kita bisa ketemu ama hewan-hewan khas Australia, seperti Kanguru, Koala n Banjo, Wombat, n Tasmanian Devils. Mereka keliatan jauh lebih sehat-sehat dan segar daripada di kebun binatang. hehehe…mungkin udara dan makanannya memang lebih segar… I’ll show you what I had…

Be careful, the wombat is biting!!

Tasmanian Devils...always active!!

Banjo si Koala Besar...always photogenic!!

the Kangaroo....she wanted to poseeee!!! Hahaha....

ice flakes
I don't want to be narcissistic but this is the only pic I have to show you the ice flakes. You can see that white thingy on the ground, that's ice! n believe me, it was so cold here!!!

See…di foto-foto itu, aku dapet pengalaman banyak. still…belum ketemu salju, tapi setidaknya udah ketemu ice flakes yang gede2 la yawww!! hehehe…..

Third stop, at Melbourne. I hope I could see snow here. Tapi harapan hampa rupanya. Meskipun aku sampai pergi ke Ballarat, kota penambangan emas, yang pada saat aku pergi (bad timing) baru bersuhu -2 derajat celcius, tapi tetep ajaaa ngga ada salju!!! menyebalkan… Kuharap dengan perjuanganku seperti ini, aku bisa bertemu salju yang lembut, sesuai ekspektasiku!

Tapi, toh udah sampai sini, aku tunjukkin gimana kota kecil bersuhu di bawah nol… hehehe…

Menambang Emas di Ballarat. Disini dingiiiin, paginya sih..heheh...setelah agak siang dan beraktivitas ala penambang, baru deh agak hangat rasanya....

Suasana kota Ballarat, lengkap dengan para penjaga yang ganteng-ganteng....

Di Melbourne sebenernya ada gunung bersalju, namanya Mt. Buller. Sayangnya aku tidak sempat maen ke sana dan harus puas hanya menikmati hasil googlingan, misal di http://www.mtbuller.com.au hikss….

but it’s okayyyy….coz I went to Snowy Mountain di New South Wales, yang katanya saljunya lebih alami (konon ada yang bilang, di Mt. Buller saljunya ada yg buatan hihihi….). It took about 6 hours driving from Sydney to Snowy Mountain. aaaaannddddd, finallyyyy I saw snoooooowww!!! yyiiippppiiieeeeee!!!

Fourth Stop: Snowy Mountain, NSW

*I believe pics paint thousands word*

Snow everywhere....!!

Pada saat ini, aku belum benar-benar ketemu ama salju. Baru sekedar ngeliat dari dalam bus. Hehehe….

Di Snowy Mountain ada beberapa titik tempat wisata salju, tapi kali ini kita hanya pergi ke Perisher dan Thredbo. Masing2 punya keunikan tersendiri. Yang jelas, wisata utama disini adalah maen ski dan toboggan. Secara aku udah frustasi belajar ski yang ternyata untuk berdiri dan sliding 1 meter aja susahnyaaaa….maka aku lebih seneng maen toboggan alias papan seluncur. Jadi permainannya menggunakan papan atau lebih mirip kayak bak mandi bayi yang ujungnya lebih rendah di depan. Terus kita duduk dan berseluncur lah kita dari tempat yang tinggi. Waaahhh…..sangat menegangkan dan menyenangkan, karena pas di atas, kadang2 kita nggak bisa mengendalikan orang2 yang juga maen toboggan di bawah kita. Hehehe…aku sempat ‘menghajar’ beberapa orang yang berada di trakku. Aturannya: ga boleh marah kalau ditabrak hehehe….

Anyway, sesampainya di perhentian pertama, yaitu Perisher, akhirnya aku melihat gunung atau lebih tepatnya dataran tinggi dengan hamparan salju yang luaaaasss dan putih. Aku sampai merasa silau karena putihnya salju itu benar-benar putihhhh…. memplak kalau kata orang jawa. Sedikit berlari aku ngedeketin saljunya…..dan deg! kok?!? koooook kaya es batu diseruuuuuuuuttttt????????

Iyaaaa, kawan-kawan, ternyata salju itu tidak lembut sama sekali. salju nggak kaya kapas! salju itu kayak es batu diserut. dan kalau udah sering diinjek orang, salju bisa bener2 keras… tapi di tempat tertentu yang saljunya masih hasil tumpukan dari snowflakes or hujan salju, salju nya jadi masih gembur…dan kalau diinjek bisa kejeblos, tapi tetep ENGGAK LEMBUUUUT!!!

fiuhhhhh……..kalau di foto ini, kalian bisa liat kan, betapa salju bisa dipadat2in dan dibentuk sesuai keinginan kita. trus dilempar dan pyaaarrrrr berubah jadi es serut yang cukup pedih juga kalau kena kulit.

Snow... Saljuuu.... kau tak selembut yang kubayangkan....

So, I guess…banyak puisi yang mesti diubah! no more kata2 selembut salju. (kalau selembut awan, aku belum bisa buktiin). Aku hanya setuju kalau ada yang bilang seputih salju, karena salju emang bener2 putihhhh!!!

Hey, mumpung udah visit ke sini, I’ll show how my snowman looked like and what toboggan was!

Mr Snowman...He is sooo cuteeee....

Toboggan is Fun! Esp. for someone can't do skiing... hehehe..like me!

Believe me! Buat berdiri begini aja susaaaah bangeeeettt...

Higher point here at Thredbo! Where the profesional skier loved to play... And it was colder here! yiihhhaaaaa....

Petualangan Mencari Salju –> The End!

Posted in Dunia Berpikir, Dunia Mayalia

Part II: Antara BeBe, Anderwit, n Ipin [Alias BB, Android, n Iphone]

Setelah sempat membahas hp-hp jadul sebagai prolognya (baca: Part I), sekarang aku akan membahas pengalamanku menggunakan BB, Android n Iphone. Judul di atas emang agak ngaco. Sebenernya asal mulanya dari seorang temen yang pengen beli Android tp dia bahkan ngga ngerti ngucapinnya gimana, n finally she said like this: Mba, aku pengen beli handphone yang Anderwit itu looo….! Hehehe….sedangkan Ipin, sepertinya di beberapa forum gaol, seperti Kaskus, sering membahasakan Iphone as Ipin. Sedangkan BB, hmm….no special reason. Cuma kasian aja kalau dia ndiri yang ga punya julukan *ups, kok dah mulai tendensius ya!*

Perkenalanku dengan apple devices dimulai di negeri Kanguru. Disini, I guess, handphone yang populer hanyalah nokia dan apple. kayaknya bakal susah deh kalau kita mencari hp-hp lain. Nokia pun terbatas seri yang beredar di pasarannya. Aku sempet punya apple Ipod Touch dan aku belajar banyak untuk menggunakan aplikasi apple sampai akhirnya aku pakai Iphone. Ipod touch itu fiturnya mirip ama Iphone alias ipin. hanya tidak ada fungsi telephony (misal sms, telpon).

Pada saat aku baru memakai Ipod Touch, aku jatuh cinta dengan tampilan layarnya dan betapa responsifnya touchscreen di perangkat ini. Pada saat beli pertama kali, aku sempet frustasi. Karena device yang baru, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Alias, kita harus menginstall iTunes dan plug the Ipod baru kita bisa pakai. Aku tadinya pikir kalau baterenya abis, soalnya di layar cuma ada tanda “silakan colok ke iTunes” hehehe…. Alhasil aku harus menginstal iTunes dulu dan mempelajari mengenai aplikasi. Saat itu rasanya a loooong way to go just to enjoy the Ipod Touch! Tidak seperti ketika kita beli perangkat2 lainnya yg bisa langsung buy n play! hihihi….

Setelah akhirnya aku berhasil instal iTunes, aku colokin, dan…. I’m amazed! dengan berbagai hal, khususnya aplikasi nya. Soooo many aplikasi, khususnya games, dan aplikasi lainnya yang sangat menarik! Ipod ini juga jadi sangat menarik dengan kapasitasnya sebesar 32gb, rasanya ngga abis2 padahal udah aku masukkin seluruh lagu n video yang aku punya. Dan saat itu juga, aku pengen punya Iphone, karena aplikasi-aplikasi yg menarik semua itu rasanya percuma kalau lagi ngga ada koneksi internet. Pakai ipod touch aku harus selalu konek ke Wifi agar aku bisa maen game online. Sedangkan dengan fungsi telephony di Ipin, semua itu jadi ga masalah. Oya, aku seorang game lover, jadi saat itu apps nya ipin bagaikan oase yg menyenangkan… Selain itu, karena di Aussie sudah banyak artis dan tvshows yg menjual program or musiknya di iTunes, jadi aku ngga pernah ketinggalan musik2 ori dan tvshows seperti vampire diaries, dkk. Wah asyik bener deh pokoknya… Sayangnya di Indo, bagian musik dan video belum terlalu berkembang…

Pada saat aku balik ke Indo, aku terkejut dengan fenomena baru: BB! kenapa kaget? Karena sepertinya pada saat itu, punya BB is a must… Wahhh! how come?? Misuaku pakai BB dan membujuki untuk beli BB. Akhirnyalah aku pakai BB. Hmmm….pertama kalinya aku ga punya temen selain misuaku di BBM list… hihihi…. habisnya baru pulang. Udah gitu, pas masuk kantor, sebenernya ga banyak yg pakai BB juga. Jadinya agak lama emang merasa BB itu asyik. Pas akhirnya aku diikutkan dalam sebuah grup kuliah, SMA dan bahkan SMP, baru BB ini rasanya menyenangkan. Perkenalan atau ngobrol dengan temen, update contact terbaru jadi ga ketinggalan menanyakan “berapa pin kamu?” wkwkwkwk….

Mengenai perangkat BBnya sendiri, aku seneng dengan fitur yang menggabungkan semua message dalam satu menu. Maksudnya, setelah melakukan setting2 tertentu, hanya dengan buka satu window ‘message’ aku bs tahu semuanya seperti: sms, ym, twitter, facebook, email, bbm, dan semua yg berbau pesan2 dan network. Ni hp emang buat social network! Selanjutnya aku activate BB ID dan disitu ada bb apps world dimana kita bisa instal aplikasi macem2. Sayangnya karena keterbatasan perangkat, alias ga ada touchscreen segala, aku ngga terlalu happy or excited untuk instal macem2. Maen game nya susah, enakan di Ipod. Sinyal BB termasuk kuat lo…tapi mungkin jadi bikin radiasinya juga lebih kuat kali ya… Oya, salah satu hal yg menyebalkan dari BB adalah kontrak nya dengan provider seperti telkomsel dan xl yang ngga total. Bayangkan mereka tidak memiliki paket untuk streaming. Jadi setiap streaming, akan dihitung per kb. Alhasil aku pernah merasakan 800rb sia2 hanya untuk mendonlot lagi, because aku ga teliti baca syarat dan ketentuan di XL… hmmpppffhhhh….

Setelah akhirnya tabunganku mulai cukup untuk beli Ipin…jadilah sekarang aku punya Ipin. Dan seperti yang kuduga, Ipod dengan fungsi telephony itu wonderful!! Aku bisa maen game online dengan menyenangkan. Karena sebelumnya aku punya account iTunes dan sudah telanjur menginstal aplikasi2 original (maklum waktu di Aussie, rasanya emang ga gitu mahal harga aplikasinya) dan kemudian semua aplikasi itu aku transfer ke Ipin dengan sangat mudah dan voila…Ipinku seperti duplikatnya si Ipod!

BUT…aku tetap tidak bisa melepaskan BB… karena BBM itu sudah memudahkan aku untuk ‘bergaul’ dengan temen2. Parahnya justru aku nggak punya no telp temen2, aku cuma punya pinnya saja. Keputusanku, untuk sementara aku mesti keep BB dan mengkampanyekan anti BB serta menggalakkan What’s app sebagai media chatting. Alhasil, aku selalu mengupdate no telp temen2 untuk bisa wazapp an. Sayangnya, grup di wazapp itu hanya 10 orang, ga bisa lebih. Walaupun sebenernya menurutku 10 orang itu cukup ideal sih, karena kita bisa jadi lebih intens ngobrolnya, dibandingkan dengan 20 orang yg kadang2 ada satu dua orang yg aktif berbincang…

Ipin itu asyik dari segi layarnya yg lebar, touchscreennya yg sangat responsif (dibandingkan touchscreen merk lainnya), prosesornya yg oke sehingga multitaskingnya jadi cepat, program2 seperti musik dengan segala playlistnya yg memudahkan kita untuk mencari lagu (tentu saja dengan catatan, nama lagu, artis, dan genre udah disesuaikan…maklum biasanya kalau bajakan kan file namenya suka ga jelas). Aplikasi yang sangaaaaat banyak dan bisa di back up, jadi sewaktu-waktu kita bisa ganti devices tanpa harus setting ulang. app Find My Iphone juga sangat membantu, dia bisa ‘membunyikan sendiri’ ipinnya ketika ilang entah dimana di rumah, dia juga bisa melacak keberadaan ipin di luar rumah kalau misal ketinggalan atau kecurian, dan bisa juga me lock semua data bahkan ‘membumihanguskan’ secara maya si ipin agar data2nya tidak dicolong orang. Baru-baru ini BB juga melaunch program serupa, protect my bb kayaknya namanya, tapi fiturnya belum selengkap ipin.

Kemudian, ketika aplikasi ipin dan kenyamanan handheldnya menjadi alasan kuat buatku untuk tidak melirik android sama sekali, seseorang ‘memberi gift’ sebuah galaxy tabs 7+ buat kita. Honestly…aku ga terlalu tertarik dengan tabs, ga pengen melirik ke lain hp. tapi karena ada berkah akhirnya aku mencoba tabs. dan aku cukup amazed melihat bahwa android market (seperti iTunes pada Apple) juga cukup banyaaakkkk… bahkan aplikasi buat orang indo, artinya berbahasa indo or memang ditujukan untuk digunakan di indo, lebih banyak dari iTunes. Mungkin karena banyak orang indo yang mengembangkan program dan menjualnya or even free di android market.

Kelebihan android yang pertama kali terasa adalah kemudahannya. Seperti yang aku bilang di atas, sepertinya a long way to go untuk ngerasain barang baru setelah beli, tapi android: just buy and play! transfer musik, video dan file2 lain sangat mudah. nggak seperti apple yg eksklusif dan kita harus mengkonversi semua file yg ekstensionnya berbau windows, hehee…misal .wmv jangan harap bisa diplay di ipin. tapi di android, c.q. galaxy tabs…semuanya semudah menjetikkan jari! eh maksudnya mengklik. hehehe….

Tahu ngga, walaupun sekilas aku liat applikasinya masih banyak yg coba2, tapi angrybird malah gratis di android!! padahal di itunes kita harus bayar. hehehe…. Sedangkan kalau kita bicara tentang teknologi screen, emang tabs ngga kalah bagus ama ipin, tapi menurutku ipin masih lebih responsif drpd samsung, tidak ada jeda ketika kita melakukan perintah pada layarnya. ipin masih belum terkalahkan. Apalagi ada instagram, sebuah soc network seperti fb or twitter yang mensosialisasikan foto2 jepretan sendiri dan di retouch dengan efek2 menakjubkan. Instagram ini menjadi kesenangan tersendiri sekarang….

So, menurutku, buat orang indonesia yang seringnya nggak mau repot, mungkin android memang lebih praktis dengan harga yang lebih terjangkau. Tapi buatku, masih sulit rasanya berpaling dari ipin. Bahkan rasanya ingin berganti ke seri yang terbaru dengan teknologi lebih baru, prosesor lebih oye, dan siri nya itu… hahaha…. but no need to hurry, first thing first la yaww….

Oya, sekedar update, setelah pakai ipin dan selalu mengkampanyekan wazapp or app yg lain, sedikit demi sedikit aku bisa lepas dari bb, bb yang sekarang hanya sekedar kupakai untuk BBM.  bukan apa2, but i think bb has to do something, or BB will slowly die! BB harus bikin gebrakan tertentu, mumpung masih banyak pemakai yang setia dengan BBM. Biar kompetitif getooo ama android or ipin….

Anyway…Again, I must state here….kalau review di atas hanya bermaksud untuk share pengalamanku dengan beberapa hp dan tidak ada maksud-maksud negatif tertentu, walaupun mungkin pembahasaannya terlalu gamblang. Well this is me with all the things attached to me…

If you have anything to share about these devices, please dont hesitate to do so… I would loooove to hear your opinions!!

Posted in Dunia Berpikir, Dunia Mayalia

Part 1: Antara HP Jadul dan HP Masa Kini…

Tulisan di bawah ini dimaksudkan untuk mengawali tulisan selanjutnya ttg BB, Android n Iphone dan ditulis semata-mata pengalaman diriku yg berkenaan dengan hal tersebut. So, mohon dimaafkan sebelumnya kalau review di bawah ini sangat subjektif dan mungkin kurang bukti-bukti akurat. Sebisa mungkin diriku berusaha untuk objektif… *eh, ga janji ding!*

Tahun 2010 awal, pada saat aku pergi merantau di negara Kanguru, handphone yang kubawa adalah E66 Nokia. Tergolong smart sebagai handphone, but not smart enough untuk nunjukkin arah bagi seorang buta arah kaya gw. Kenapa? Well..sebelum aku mereview tentang 3 brand ternama itu, aku pengen bernostalgia sebentar dengan smartphone jadul kayak Nokia…

[Lagi-lagi karena pengen nostalgia, mohon maaf kalau jadi cerita masa lalu…hehehe….]

Duluuuuuu sekali, jaman setelah Soeharto lengser, aku mulai pake hp. Nomernya masih mahal banget kala itu. Bayangin aja, untuk dapet nomer perdana, aku harus rela ngeluarin duit 1 juta, walaupun pulsanya 500rb juga sih…. Masalahnya ga ada yg jual nomer perdana Simpati tanpa pulsa waktu itu. So, ngga heran kalau penjualan nomer bekas pun bisa laku, karena lebih murah. Hpku masih seputaran nokia 5110, 8210, 3315 kayak gambar di bawah ini. *sumpe kalau sekarang ngeliatnya kayak hpnya jaman purbakala* (courtessy to Wikipedia)

Nokia Jadul 5110

atau hp-hp kayak ericsson (blm gabung ama sony) seperti seri GH 388, T20, T29, atau T1o yang trendy. coba googling aja, lucu2 loo hpnya…hehe….

Ketika dapet reward of something, aku dapet hp canggih kala itu. Siemens Me45.

Siemens ME45

I tell you, ni hp canggih bener. Anti dust and shock-resistant. karena semua lubangnya ada penutupnya dan sebagian casingnya dari karet. Dan yang paling penting adalah: bisa sync ke komputer!! Waahhh pada jaman itu, handphone yang bisa sync ke komputer  untuk phonebook n messaging adalah sangat sangat canggih!!

Entah kenapa aku lupa, tapi aku sempet bergerilya dengan berbagai handphone canggih yang harganya ga mahal banget, kayak samsung, soner t610, nokia 6630, dll. Aku seakan tersepona dengan kemudahan akses dan kelengkapan handphone dalam memfasilitasi hidup kita *lebay* tapi emang bener sih, aku selalu berusaha mengoptimalkan fungsi-fungsi hpku.

Kembali ke handphone yang aku bawa ke negeri Kanguru, E66.

Nokia E66

Handphone ini dah cukup canggih untuk masanya. 3G, kamera oye, dan ada GPS!! Believe me, di negara ini, memiliki GPS sangatlah nyaman…dan GPS tidak perlu koneksi internet, cukup radar satelit.

Tapi ternyata ada satu masalah, hehehe…. secara aku nggak paham dengan peta *hey, women can’t read maps, u know!* pas aku buka GPS dan jelaslah titik keberadaanku dalam peta itu, ternyata aku ga bisa menentukan arah jalan karena aku tidak pasti kemana diriku menghadap. Hahaaha…simpelnya akhirnya aku harus berjalan sekitar 50 meter dulu, sampai akhirnya titik di peta itu bergerak dan aku tau arahnya…. I guess itu bukan hpnya, tapi akan semangat bermanfaat kalau kita tau arahnya, misal ipin….

Lanjuuuutt…ke Part 2!

Posted in Dunia Crunchy

Seri Julia: Antara Kampung, Ember dan Ikan

Ini adalah kisah lain dari Serial Julia, temenku. Bagian sebelumnya dapat dilihat di halaman “Kamus Ajaib” dan tulisan ini juga dapat dilihat di “Kamus Ajaib” pula.

Apa hubungan antara Kampung, Ember dan Ikan?

Ketiga kata itu jelas bisa punya hubungan erat dan bisa sangat tidak berhubungan. Tapi ketiga kata tersebut tiba-tiba saja mengalir dalam percakapan antara aku, Julia dan teman-teman lainnya.

Pada suatu hari Julia cerita kalau dia itu sebel banget ama temennya. Yah namanya temen lagi bete, jelas dong kita dengerin baek-baek (padahal jangan-jangan cuma nyari celah buat mbanting si Julia) hehehe… Julia cerita kalau dia punya kenalan baru yang suka sombong (menurut versinya Julia lo ya). Ternyata temennya Julia cerita kalau dia baru beli rumah, dan kayaknya cash deh… Nah sampai bagian ini aku merasa mungkin aja kalau si Julia sebel atas kesombongannya temennya itu. Mungkin temennya bercerita dengan congkaknya bagaimana dia akhirnya beli rumah (padahal sah-sah aja yaaa…). Trus aku bilang, “Kenapa Jul, kamu ga suka temenmu beli rumah? Jangan gitu Jul…ga boleh iri….” Eh belum selesai mau nasehatin Julia, dianya langsung motong, “Bukan! Bukan masalah beli rumahnya!! Tapi dia cerita kalau dia akhirnya bisa beli rumah di kampung!!!”

“Jadi maksud loe, Jul? Kamu nganggep dia sombong karena dia beli rumah…di KAMPUNG?!? Kok bisa kamu nganggep itu sombong??”

“Ya iyalah itu sombong… Dia bisa beli rumah di kampung!! Di kampung lo mbak…bukan di kota!!”

“Eeehh…sebentar…sebentar, bukannya yang harusnya sombong itu biasanya orang kota?? Kok malah jadi kebalik sih??”

Ternyata setelah ngobrol secara investigatif, Julia cerita kalau bisa tinggal di kampung itu adalah suatu kemewahan. Dia selama ini selalu tinggal di kota, jadi menurut dia apa yang bisa disombongkan. Seandainya dia tinggal di kampung, dia juga pasti sombong. Hahaha…aku baru sadar, bahwa ternyata mewah itu relatif! Buat Julia, kampung itu adalah kemewahan karena dia sukar mendapatkannya. Dia bahkan dari dulu ingin sekolah di kampung, tapi nggak pernah boleh sama ortunya. So, dia iri dengan orang yang bisa tinggal di kampung dan menikmati indahnya alam, kekeluargaan, dan udara segar. Well…aku tentu saja bisa menerima penjelasan itu, walaupun awalnya agak shock! Dan Julia pun akhirnya mengerti bahwa khalayak ramai justru berpikir sebaliknya dari apa yang dia pikir selama ini.

Masih bicara mengenai indahnya tinggal di kampung menurut versi Julia. Akhirnya kita mengenang masa lalu jaman masih KKN di desa-desa. Kita cerita sulitnya air bersih dan aktivitas mandi ketika di desa. Hal itu menyadarkan kita betapa hidup di kota kita sering membuang-buang air untuk mandi. Padahal perubahan iklim jelas-jelas berpengaruh pada ketersediaan air bersih. Setelah itu kita membahas ‘kelakuan’ mandi yang boros air, misal mandi pakai shower itu sepertinya adalah mandi yang paling irit air dan tetap bersih. Sedangkan mandi dengan bathtub itu paling boros air, masih belum bersih pula badannya. Eh, tiba-tiba Julia nyeletuk:

“Ah, aku sih kalau mandi irit air! Paling make airnya cuma se-bak doang!!”

“….”

“Maksud loe, Jul?!? Ngga salah tuh?? Se-bak itu bukan ‘cuma’!! Se-bak itu banyak banget kaliiiii…..”

Si Julia masih merasa nggak terima, “Enggaklah, se-bak itu mah cuma dikiiiiit…”

Belajar dari pengalaman dan teori relativitas, akhirnya kita ngobrol secara investigatif.

“Emangnya, maksud kamu ‘bak’ itu apa?!”

Dan Julia pun menjelaskan bahwa bak itu bentuknya bundar lebar, tingginya paling ga sampai setengah meter dan biasanya kalau bawa dipegang pinggirnya. Emmmm……sepertinya kita pernah tau benda yang dideskripsikan Julia itu. Ah iya!! Itu kan Ember!!

“Jul, bukannya itu ember?”

Kata Julia, “Bukan ember! Ember itu yang nggak terlalu lebar dan biasanya ada besi melengkung buat ngangkat embernya.”

“….”

“Julia sayang, sepertinya yang kamu maksud itu ember dan kami tidak terbiasa menyebutnya sebagai bak. Okay, gini aja, coba kita googling dengan keyword ‘bak’ dan ’ember’.”

Dan akhirnya setelah perdebatan panjang dengan bukti-bukti hasil searching di google, Julia mau mengerti mengenai penjelasan benda yang bernama ember dan bak. Tapi Julia tetep nggak mau disalahin karena selama ini Ibunyalah yang mengajari bahwa yang kita biasa sebut ember lebar (biasa untuk mandiin bayi) itu adalah BAK. Dan karena itu disebutkan secara terus-menerus, semua orang di keluarganya juga taunya itulah bak.

Hahahaha….bener kan? Lagi-lagi misperception.

But, anyway, setelah perdebatan mengenai perbedaan antara ember dan bak selesai, kita ngobrol lagi mengenai bak di desa-desa. Temenku cerita kalau di desa, di dalam bak suka ada ikan berenang. Padahal airnya mau dipake mandi. Hihihi…buat sebagian orang hal itu menggelikan karena pas mandi eh ada yang ngeliatin…si ikan!

Nah, karena kita ngobrolin tentang ikan pas deket-deket jam makan siang, akhirnya ikan yang kita bahas nggak jauh-jauh dari ikan sebagai lauk. Hihihihi….

Salah satu temen kita cerita kalau ikan yang dia suka adalah ikan gurame. Ada lagi yang suka ikan lele…eh kayaknya itu aku maksudnya, hehehe…. Iya, aku suka ikan lele yang garinggg… Ada yang bilang ikan kue, ikan ayam-ayam… Hmppfhhhh aku yang paling nggak akrab ama ikan jadi suka bingung dengan berbagai nama ikan itu. Ketika Julia ditanya ikan apa yang dia suka, dia jawab, “Kalau aku paling suka ama ikan mas.”

(Lagi-lagi) belajar dari pengalaman dulu-dulu, akhirnya aku merasa harus tanya apa itu ikan mas versi Julia. Aku takut aja kalau ikan mas yang Julia maksud dan kita-kita maksud itu beda, seperti halnya ember dan bak.

Julia dengan pedenya jawab, “Ahh…gampang… Ikan mas itu kan ikan yang ada dagingnya dan agak banyak durinya….”

“Heee?!?” Aku garuk-garuk kepala yang nggak gatel. Bukannya setiap ikan itu emang berdaging dan berduri??

Well emang bener sih bahwa ikan mas itu berdaging dan berduri, tapi kaaan itu terlalu umuuummmm…. Kenapa nggak sekalian aja bilang kalau ikan mas itu hidup di air!!

Julia….Julia….. kenapa kamu unik sekali siiihhhhh!!!